MUNA, FNEWS.id – Sebuah jembatan megah yang menghubungkan pulau Buton dan Muna, Sulawesi Tenggara (Sultra) dikabarkan bakal dibangun dengan biaya Rp15 triliun.
Proyek yang digawangi oleh Kementerian PUPR, sempat diragukan akan terealisasi pada era Presiden Jokowi dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2020-2024. Namun kabar terbaru menyatakan bahwa proyek Jembatan ini akan dilanjutkan dan direalisasikan dalam waktu dekat.
Menurut Yudha Handita Pandjirawan selaku Direktur Pembangunan Jembatan Direktorat Jenderal (Ditjen) Bina Marga, menyampaikan jembatan ini nantinya akan melintasi selat Baruta-Kolagana.
Jembatan yang dirancang memiliki bentang utama 765 meter ini diberi nama ‘Jembatan Tona’, yang berasal dari singkatan Buton-Muna.
Wakil Ketua Komisi V DPR RI Ridwan Bae menyampaikan ada beragam program strategis di Sultra yang dibahas di komisinya, tidak hanya jembatan Tona (Buton-Muna), namun juga jembatan penghubung Muna dan daratan Sulawesi, serta proyek pembangunan Jembatan Ameroro.
Ridwan mengaku, dalam membahas hal ini, pihaknya juga harus melibatkan upaya mitigasi, untuk mencegah potensi masalah atau konflik yang mungkin saja muncul di tengah masyarakat.
Pasalnya menurut dia, dalam beragam program pembangunan, konflik di kalangan masyarakat setempat umum terjadi.
Ia pun menyampaikan harapannya untuk bisa menyatukan daratan Sultra melalui jembatan penghubung. Khususnya di daerah yang saat ini masih sulit diakses, seperti Wakatobi dan pulau-pulau terpencil lainnya.
Diungkapkan, mega proyek Jembatan Tona, direntangkan di atas Selat Baruta dan Kolagana, dibutuhkan lahan 70 hektare yang masing-masing 35 hektare di Pulau Buton dan Muna.
“Bentang utama 765 meter, bentang pendekat Pulau Muna 186 meter serta bentang pendekat Pulau Buton 525 meter dan diperkirakan waktu pembangunannya selama empat tahun,” ungkap mantan Bupati Muna ini.
Lebih lanjut melalui panggilan seluler oleh fNews.id, Ridwan bilang dengan adanya pembangunan jembatan ini, diharapkan aksesibilitas yang lebih baik dan mampu membantu mendorong pertumbuhan ekonomi di kedua pulau tersebut.
Kendati porsi ABPN masih terkonsentrasi pada pembiayaan pembangunan Ibukota Negara (IKN) sebagai simbol identitas nasional, Ridwan berharap ada pembiayaan lunak dari luar negeri yang tergelontor dalam percepatan pembangunan Jembatan Tona.
“Dengan demikian, Jembatan Tona tak hanya menjadi simbol infrastruktur nan megah, tetapi juga jadi harapan baru bagi perekonomian Sulawesi Tenggara yang membawa dampak positif bagi masyarakat setempat serta membuka peluang baru dalam konektivitas antar pulau,” pungkas Ridwan.