Kue Putu Cangkir bukan hanya soal rasa, tapi tentang rasa memiliki budaya sendiri. Di balik gumpalan ketan yang lembut dan kelapa yang gurih, tersimpan cerita perjuangan, kekeluargaan, dan rasa cinta terhadap warisan kuliner tanah air.
FNEWS.ID, MAKASSAR – Di balik bentuknya yang sederhana, Kue Putu Cangkir menyimpan kekayaan rasa dan sejarah yang tak lekang oleh waktu. Kue tradisional khas Makassar, Sulawesi Selatan ini, tidak hanya memanjakan lidah, tapi juga membawa kita menyusuri jejak budaya yang terus hidup dari generasi ke generasi.
Asal Usul & Filosofi Bentuk
Nama “cangkir” disematkan karena bentuk kue ini menyerupai bagian bawah cangkir yang terbalik. Dibuat dari beras ketan, gula merah, dan kelapa parut, putu cangkir menggambarkan kesederhanaan masyarakat Bugis-Makassar yang hangat dan penuh rasa.
Proses Pembuatan yang Unik
Pembuatan kue ini tidak sekadar memasak, ini adalah seni. Adonan tepung beras dan ketan dicampur air gula merah lalu dicetak ke dalam cetakan berbentuk cangkir. Di tengahnya disisipkan kelapa parut, kemudian ditimpa lagi adonan.
Bahkan, roses pengukusannya pun masih ada yang menggunakan tradisi kuno, memakai “krong butta”, kuali dari tanah liat yang memperkuat rasa dan aroma.
Varian Rasa
Putu Cangkir hadir dalam beberapa warna dan rasa:
Merah: Campuran gula merah yang legit.
Putih: Tanpa gula merah, lebih ringan.
Hijau: Tambahan kelapa dan aroma pandan yang menggoda.
Meski kini banyak modifikasi, putu cangkir tetap mempertahankan keasliannya. Teksturnya lembut, rasa manisnya pas, dan gurih kelapanya menyatu sempurna.
Harga Bersahabat
Dengan harga hanya Rp1.000 per biji, kue ini bukan hanya lezat, tapi juga terjangkau untuk semua kalangan. Tak heran jika banyak yang menyebutnya jajanan nostalgia penuh cinta.
Usaha Keluarga Turun Temurun
Seperti usaha Ibu Murni yang ditampilkan di platform Amartha.com, putu cangkir bukan sekadar dagangan, ini adalah warisan. Banyak keluarga di Makassar menjadikan kue ini sebagai sumber penghidupan yang diwariskan dari nenek ke cucu.
Beda dari Kue Putu Lainnya
Putu Cangkir memakai cetakan cangkir tanah dan ketan.
Putu Bambu dimasak dalam bambu dengan suara siulan khas.
Putu Ayu lebih lembut, berasal dari Jawa Tengah, dengan tampilan cantik menyerupai bunga.
Jadi, kalau kamu sedang di Makassar, jangan lupa cicipi Putu Cangkir. Satu gigitan, sejuta kenangan.
Penulis : Novrizal R Topa
Editor : Redaksi