Ilmuwan Khawatir Sindrom Kessler Sebabkan ‘Kiamat Internet’

- Jurnalis

Senin, 21 Oktober 2024 - 02:00 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

FNEWS.ID – Para ilmuwan semakin khawatir akan kemungkinan terjadinya “Kiamat Internet” akibat fenomena Sindrom Kessler, skenario mengerikan yang bisa menghancurkan infrastruktur komunikasi global di luar angkasa.

Sindrom ini, yang pertama kali diusulkan oleh ilmuwan NASA, Donald J. Kessler, pada 1978, mengacu pada potensi terjadinya tabrakan beruntun antara puing-puing satelit di orbit Bumi. Kessler memperingatkan bahwa pecahan satelit bisa menciptakan lebih banyak puing, yang kemudian akan bertabrakan dengan satelit lain, hingga akhirnya mengisi orbit Bumi dengan awan puing yang tak terkendali.

Donald Kessler, dalam wawancaranya baru-baru ini, mengatakan, Ketika jumlah puing-puing di orbit Bumi semakin meningkat, risiko terjadinya tabrakan beruntun juga semakin besar.

“Ini bukan lagi sekadar teori, melainkan ancaman nyata yang harus segera diatasi,” ujarnya.

Kessler menegaskan bahwa dengan semakin banyaknya satelit yang diluncurkan untuk kebutuhan komersial dan teknologi, orbit rendah Bumi bisa menjadi tidak layak untuk operasi satelit dalam beberapa dekade ke depan jika tidak diambil langkah-langkah pencegahan yang serius.

Baca Juga:  Nike Ardilla 'Hidup Kembali' di Synchronize Fest 2024, Hadirkan Nostalgia Lewat Teknologi Metahuman

Jika Sindrom Kessler terjadi, akibatnya bisa sangat parah, terutama bagi internet global yang sangat bergantung pada satelit. Menurut para ahli, kondisi ini dapat memicu apa yang disebut “Kiamat Internet,” di mana puing-puing satelit menghancurkan jaringan komunikasi di orbit, menyebabkan internet di seluruh dunia mengalami gangguan besar atau bahkan putus total. Hal ini akan berdampak pada miliaran pengguna internet, layanan GPS, hingga sistem navigasi dan komunikasi pesawat.

Laporan terbaru dari European Space Agency (ESA) menunjukkan bahwa saat ini ada lebih dari 130 juta pecahan puing berukuran kurang dari 1 cm yang mengorbit di Bumi, sementara jumlah puing yang lebih besar mencapai puluhan ribu. Banyak dari puing-puing ini yang terlalu kecil untuk dideteksi, namun cukup besar untuk merusak satelit aktif atau menimbulkan bahaya bagi misi luar angkasa.

Sejumlah perusahaan dan badan antariksa, seperti SpaceX dan NASA, tengah mengembangkan teknologi untuk membersihkan orbit dari puing-puing berbahaya, termasuk menggunakan robot penangkap puing dan teknologi laser untuk menghancurkan puing di luar angkasa. Namun, para ilmuwan menegaskan bahwa tindakan pencegahan ini harus dipercepat sebelum ancaman Sindrom Kessler menjadi tak terhindarkan.

Baca Juga:  Ketua DPRD Sultra Pastikan Dukungan Anggaran untuk KONI Demi Kemajuan Olahraga Daerah

Kessler menambahkan, jika kita tidak melakukan sesuatu sekarang, kita berisiko kehilangan akses ke layanan vital yang disediakan oleh satelit, termasuk internet.

“Kehidupan modern kita sangat bergantung pada teknologi ini, dan kita tidak bisa membiarkan skenario terburuk ini menjadi kenyataan,” ungkapnya.

Dengan meningkatnya jumlah satelit kecil seperti yang diluncurkan oleh proyek-proyek besar seperti Starlink, para ilmuwan mendesak agar regulasi internasional tentang pengelolaan dan pemusnahan satelit di akhir masa pakainya segera diperketat.

“Menjaga orbit Bumi tetap aman dan bebas dari puing-puing antariksa menjadi tantangan besar yang perlu diatasi demi kelangsungan komunikasi global dan masa depan eksplorasi luar angkasa,” pungkas Kessler.

 

Penulis : Tim Redaksi

Follow WhatsApp Channel fnews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

RBP REDD+ di Sulawesi Tenggara: Langkah Strategis Kurangi Emisi dan Perkuat Ekonomi Desa
Sulawesi Tenggara Bentuk Kelompok Kerja REDD+ untuk Percepatan Penurunan Emisi
AP3M-Sultra Siap Demo! Desak Transparansi Penyaluran BBM Bersubsidi di SPBUN Jompi Jaya Sentosa
PWI Cianjur Gelar OKK 2025: Perangi Oknum Wartawan Abal-abal
PWI Sultra Galang Donasi untuk Korban Kebakaran Puuwatu, Ketua PWI: Saatnya Bergerak Bersama
O2SN SD 2025: Wadah Pembinaan Atlet Muda, Unduh Pedomannya di Sini!
Terpilih Aklamasi, Afdhal Resmi Pimpin BPW HIPKA Sultra
Adian Napitupulu Pertanyakan Efisiensi Anggaran: “Jangan Sampai Rakyat yang Jadi Korban”
Berita ini 20 kali dibaca

Berita Terkait

Selasa, 18 Februari 2025 - 00:00 WIB

RBP REDD+ di Sulawesi Tenggara: Langkah Strategis Kurangi Emisi dan Perkuat Ekonomi Desa

Senin, 17 Februari 2025 - 23:48 WIB

Sulawesi Tenggara Bentuk Kelompok Kerja REDD+ untuk Percepatan Penurunan Emisi

Senin, 17 Februari 2025 - 23:04 WIB

AP3M-Sultra Siap Demo! Desak Transparansi Penyaluran BBM Bersubsidi di SPBUN Jompi Jaya Sentosa

Minggu, 16 Februari 2025 - 11:59 WIB

PWI Cianjur Gelar OKK 2025: Perangi Oknum Wartawan Abal-abal

Minggu, 16 Februari 2025 - 08:19 WIB

PWI Sultra Galang Donasi untuk Korban Kebakaran Puuwatu, Ketua PWI: Saatnya Bergerak Bersama

Berita Terbaru

Berita

PWI Cianjur Gelar OKK 2025: Perangi Oknum Wartawan Abal-abal

Minggu, 16 Feb 2025 - 11:59 WIB