FNEWS.ID, JAKARTA – Kabar membanggakan datang dari dunia perbankan daerah! Bank Sultra kembali mengukir prestasi di level nasional dengan menyabet penghargaan Top Bank 2025 dalam kategori Total Capital di bawah Rp3 Triliun. Penghargaan bergengsi ini diumumkan dalam ajang 6th Indonesia Top Bank Awards 2025 yang digelar oleh The Iconomics Media bersama Axia Research, bertempat di Auditorium Kementerian Perdagangan RI, Jakarta, pada 27 Mei 2025 lalu.
Penghargaan ini tak sekadar simbol, tetapi merupakan pengakuan atas performa unggul Bank Sultra sepanjang tahun 2023. Penilaian didasarkan pada dua indikator utama, profitabilitas dan rentabilitas dengan bobot penilaian 60% untuk indikator keuangan dan 40% untuk pertumbuhan. Bank-bank dalam kategori Kelompok Bank Modal Inti (KBMI) yang sama menjadi pembanding dalam penjurian.
Melansir dari Banksultra.co.id, Kepala Divisi Corporate Secretary Bank Sultra, Waode Nurhuma, mewakili manajemen, menerima penghargaan tersebut secara langsung.
Sementara itu, Direktur Pemasaran Bank Sultra, Ronal Siahaan, menyampaikan rasa bangganya atas pencapaian ini.
“Ini adalah bukti nyata bahwa Bank Sultra tumbuh sehat dan adaptif terhadap dinamika ekonomi. Kami berkomitmen untuk terus berinovasi dan memberikan layanan terbaik, khususnya dalam memperkuat peran kami sebagai bank daerah,” ungkap Ronal.
Ronal menegaskan bahwa Bank Sultra juga berkomitmen terhadap tata kelola perusahaan yang baik, perluasan akses keuangan, serta kontribusi nyata dalam pembangunan ekonomi daerah secara berkelanjutan.
Tak hanya seremoni penghargaan, gelaran Indonesia Top Bank Awards 2025 juga menjadi panggung diskusi penting lewat Economic & Business Forum 2025 bertema: “Mitigate the Risks of Proxy War and Trade War for Indonesia”.
Herbert Siagian, Deputi Pengawasan Kemenkop UKM, dalam pidatonya menyoroti urgensi penguatan koperasi sebagai pilar ketahanan ekonomi. Ia menggulirkan rencana ambisius: membentuk 80.000 Koperasi Merah Putih di setiap desa dan kelurahan hingga akhir Juni. Peluncurannya dijadwalkan bertepatan dengan Hari Koperasi pada Juli, dan operasional dimulai Agustus.
Koperasi ini diharapkan menjadi solusi konkrit atas tantangan permodalan, rantai distribusi panjang, hingga ketimpangan harga. Koperasi Merah Putih juga diarahkan mendukung program Astacita (kedaulatan pangan) lewat pembangunan gudang dan outlet yang terintegrasi.
Ditempat yang sama, Founder & CEO The Iconomics, Bram S. Putro, menambahkan pentingnya penguatan tata kelola koperasi sebagai kunci keberhasilan.
Sementara itu, Staf Ahli Bidang Pengeluaran Negara Kementerian Keuangan, Sudarto, menyoroti dampak perang dagang AS-Tiongkok terhadap lanskap ekonomi global. Meski ada tanda-tanda mereda, ketidakpastian tetap membayangi.
Ia memuji resiliensi ekonomi Indonesia, yang ditopang oleh kebijakan pemerintah dan pertumbuhan ekspor. Harapan pun disematkan pada kolaborasi multipihak untuk memperkuat ekonomi nasional.
Dalam kesempatan yang sama, Direktur Riset LPS, Seto Wardono, menyajikan data menarik terkait mitra dagang utama Indonesia kini bergeser dari AS ke Tiongkok. Meski nilai ekspor Indonesia ke AS lebih besar dari impornya, ekspor ke Tiongkok masih didominasi oleh komoditas mentah, dengan lemak/minyak nabati mencapai 40,39%. Ia juga mengingatkan bahwa tarif listrik menjadi indikator penting dalam mengantisipasi inflasi.
Forum ini menyimpulkan bahwa ketahanan ekonomi Indonesia sangat dipengaruhi oleh keberpihakan kebijakan pada masyarakat akar rumput, penguatan koperasi, serta diplomasi ekonomi yang cermat di tengah dinamika global.
Penulis : Novrizal R Topa
Editor : Redaksi