JAKARTA, FNEWS.id – Tatkala berbicara Gerindra, umumnya orang akan mengingat Prabowo Subianto. Mantan Komandan Jendral Komando Pasukan Khusus (DanJen Kopassus) ke-15 ini, merupakan salahsatu pendiri partai berlambang kepala Garuda.
Lalu, bagaimana awal mula Partai Gerindra dibentuk?
Partai Gerindra (Gerakan Indonesia Raya) dimulai pada tanggal 6 Februari 2008, ketika partai politik ini resmi didirikan. Partai Gerindra, atau Gerakan Indonesia Raya, lahir sebagai respon terhadap ketidakadilan sosial dan ekonomi di Indonesia, terutama bagi masyarakat kelas bawah.
Sebagaimana melansir https://gerindralampung.or.id, dalam sebuah perjalanan menuju Bandara Soekarno-Hatta, terjadi obrolan antara intelektual muda Fadli Zon dan pengusaha Hashim Djojohadikusumo.
Ketika itu, November 2007. Dimana keduanya membahas politik terkini, yang jauh dari nilai-nilai demokrasi sesungguhnya. Demokrasi sudah dibajak oleh orang-orang yang tidak bertanggung jawab dan memiliki kapital besar. Akibatnya, rakyat hanya jadi alat.
Bahkan, siapapun yang tidak memiliki kekuasaan ekonomi dan politik akan dengan mudah jadi korban. Kebetulan, salah satu korban itu adalah Hashim sendiri. Dia diperkarakan ke pengadilan dengan tudingan mencuri benda-benda purbakala dari Museum radya Pustaka, Solo, Jawa tengah.
“Padahal Pak Hashim ingin melestarikan benda-benda cagar budaya,“ kata Fadli mengenang peristiwa itu.
Lebih lanjut Fadli bilang, bila keadaan ini dibiarkan, negara hanya akan diperintah oleh para mafia. Fadli Zon lalu mengutip kata-kata politisi inggris abad kedelapan belas, Edmund Burke: “The only thing necessary for the triumph [of evil] is for good men to do nothing.” Dalam terjemahan bebasnya, “kalau orang baik-baik tidak berbuat apa-apa, maka para penjahat yang akan bertindak.“
Terinspirasi oleh kata-kata tersebut, Hashim pun setuju bila ada sebuah partai baru yang memberikan haluan baru dan harapan baru. Tujuannya tidak lain, agar negara ini bisa diperintah oleh manusia yang memerhatikan kesejahteraan rakyat, bukan untuk kepentingan golongannya saja. Sementara kondisi yang sedang berjalan, justru memaksakan demokrasi di tengah himpitan kemiskinan, yang hanya berujung pada kekacauan.
Bermula dari Keprihatinan, Partai Gerindra lahir untuk mengangkat rakyat dari jerat kemelaratan, akibat permainan orang-orang yang tidak peduli pada kesejahteraan.
Gagasan pendirian partai pun kemudian diwacanakan dalam lingkaran orang-orang Hashim dan Prabowo. Rupanya, tidak semua setuju bahkan beberapa diantaranya ada pula yang menolak, dengan alasan bila ingin ikut terlibat dalam proses politik sebaiknya ikut saja pada partai politik yang ada. Kebetulan, Prabowo adalah anggota Dewan Penasihat Partai Golkar, sehingga bisa mencalonkan diri maju menjadi ketua umum. Namun, ketika itu Ketua Umum Partai Golkar Jusuf Kalla adalah wakil presiden mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono.
“Mana mau Jusuf Kalla memberikan jabatan Ketua Umum Golkar kepada Prabowo?” kata Fadli.
Setelah perdebatan cukup panjang dan alot, akhirnya disepakati perlu ada partai baru yang benar-benar memiliki manifesto perjuangan demi kesejahteraan rakyat.
Untuk mematangkan konsep partai, pada Desember 2007 di sebuah rumah yang menjadi markas IPS (Institute for Policy Studies) di Bendungan Hilir, berkumpullah sejumlah nama. Selain Fadli Zon, hadir pula Ahmad Muzani, M. Asrian Mirza, Amran Nasution, Halida Hatta, Tanya Alwi, Haris Bobihoe, Sufmi Dasco Ahmad, Muchdi Pr, Widjono Hardjanto dan Prof Suhardi.
Mereka membicarakan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga (AD/ART) partai yang akan dibentuk.
“Pembahasan dilakukan siang dan malam,” kenang Fadli.
Karena padatnya jadwal pembuatan AD/ART, akhirnya fisik Fadli ambruk juga. Lelaki yang menjabat sebagai Direktur Eksekutif di IPS ini harus dirawat di rumah sakit selama dua minggu.
Fadli tidak tahu lagi bagaimana kelanjutan partai baru ini. Bahkan dalam masa perawatan di Rumah Sakit, dia merasa pesimistis bahwa gagasan pembentukan partai baru itu akan terus berlanjut. Namun diluar dugaan, ketika Hashim datang menjenguknya di rumah sakit, Hashim tetap antusias pada gagasan awal untuk mendirikan partai politik. Akhirnya, pembentukan partai pun terus dilakukan secara maraton. Hingga akhirnya, nama Gerindra muncul, diciptakan oleh Hashim sendiri. Sedangkan lambang kepala burung garuda digagas oleh Prabowo Subianto.
Pembentukan Partai Gerindra kala itu, terbilang mendesak. Sebab dideklarasikan berdekatan dengan waktu pendaftaran dan masa kampanye pemilihan umum, yakni pada 6 Februari 2008.
Dalam deklarasi itu, termaktub visi, misi dan manifesto perjuangan partai, yakni terwujudnya tatanan masyarakat indonesia yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil dan makmur serta beradab dan berketuhanan yang berlandaskan Pancasila sebagaimana termaktub dalam pembukaan UUD NRI tahun 1945.
Budaya bangsa dan wawasan kebangsaan harus menjadi modal utama untuk mengeratkan persatuan dan kesatuan. Sehingga perbedaan di antara kita justru menjadi rahmat dan menjadi kekuatan bangsa indonesia. Namun demikian mayoritas rakyat masih berkubang dalam penderitaan, sistem politik kita tidak mampu merumuskan dan melaksanakan perekonomian nasional untuk mengangkat harkat dan martabat mayoritas bangsa indonesia dari kemelaratan. Bahkan dalam upaya membangun bangsa, kita terjebak dalam sistem ekonomi pasar. Sistem ekonomi pasar telah memporak-porandakan perekonomian bangsa, yang menyebabkan situasi yang sulit bagi kehidupan rakyat dan bangsa. Hal itu berakibat menggelembungnya jumlah rakyat yang miskin dan menganggur. Pada situasi demikian, tidak ada pilihan lain bagi bangsa indonesia ini kecuali harus menciptakan suasana kemandirian bangsa dengan membangun sistem ekonomi kerakyatan.
Perkembangan Partai Gerindra Dalam Pemilu
Partai Gerindra telah mengalami perkembangan signifikan seiring waktu. Pada pemilihan umum legislatif Indonesia tahun 2009, partai ini meraih 4.646.406 suara (4,5%) dan 26 kursi di DPR, menempati posisi kedelapan dari sembilan fraksi. Pada pemilu 2014, Partai Gerindra menjadi partai politik ketiga terbesar dengan 14.760.371 suara (11,81%) dan 73 kursi di DPR, berada di posisi ketiga dari sepuluh fraksi.
Pada pemilu 2019, Gerindra semakin mengukuhkan diri dengan meraih 17.594.839 suara (13,57%) dan 78 kursi di DPR, berada di posisi ketiga dari sepuluh fraksi. Sebagai partai nasional, Gerindra kini menjadi kekuatan politik utama di Indonesia.
Gerindra didirikan dengan tujuan memperjuangkan kemakmuran dan keadilan di Indonesia. Melalui sejarahnya, partai ini telah meraih dukungan masyarakat dan mencatat prestasi yang signifikan dalam pemilihan umum. Dengan komitmen kuat terhadap tatanan masyarakat yang merdeka, berdaulat, bersatu, demokratis, adil, makmur, beradab, dan berketuhanan berdasarkan Pancasila, Gerindra terus berkontribusi untuk kemajuan bangsa dan negara.
Nah, berdasarkan hal tersebut, Partai Gerindra terpanggil untuk memberikan pengabdiannya bagi bangsa dan negara dan bertekad memperjuangkan kemakmuran dan keadilan di segala bidang.
Penulis : Novrizal R Topa
Editor : Redaksi