Oleh: Novrizal R Topa
Simbol Megah yang Rapuh
Gerbang Wisata, proyek ambisius senilai Rp32 miliar, awalnya dirancang untuk menjadi ikon kebanggaan dan simbol kemajuan ekonomi. Namun, realitas yang muncul jauh dari harapan. Alih-alih memancarkan kemegahan, proyek ini kini keropos, baik secara fisik maupun moral, menjadi contoh nyata dari kegagalan tata kelola pemerintahan yang berujung pada penyelewengan dan korupsi. Apa yang seharusnya menjadi lambang kemajuan justru berakhir sebagai simbol ironi, dimana impian megah terjerembab dalam jurang kegagalan.
Korupsi yang menghantui proyek ini mengungkap betapa rapuhnya sistem pengawasan dalam pelaksanaan proyek besar. Dana publik yang seharusnya digunakan untuk kesejahteraan masyarakat dialihkan ke kantong pribadi. Kualitas bangunan yang rendah, meski anggaran yang digelontorkan sangat besar, mencerminkan mentalitas serakah dari pengelola proyek. Mereka lebih memilih jalan pintas untuk memperkaya diri sendiri, merusak kepercayaan masyarakat yang telah berharap pada proyek ini.
Mengalihkan Dana untuk Pengembangan UMKM: Pilihan yang Lebih Berarti
Bayangkan jika dana Rp32 miliar tersebut dialihkan untuk mendukung pengembangan UMKM, bukan untuk proyek fisik yang akhirnya runtuh. UMKM adalah tulang punggung perekonomian nasional, berkontribusi lebih dari 60% terhadap PDB dan menyerap sekitar 97% tenaga kerja. Sektor ini terbukti tangguh dalam menghadapi krisis, termasuk pandemi, dan mampu berkembang meski dalam kondisi sulit.
Dengan alokasi dana yang memadai, ribuan pengusaha kecil bisa mendapatkan akses modal yang diperlukan untuk memperluas usaha mereka, menciptakan lapangan kerja baru, dan meningkatkan daya beli masyarakat. Misalnya, jika dana tersebut disalurkan dalam bentuk pinjaman lunak atau hibah sebesar Rp50 juta per usaha, lebih dari 600 UMKM bisa mendapatkan bantuan. Setiap usaha tersebut dapat menciptakan 5-10 lapangan kerja baru, memberikan dampak langsung pada pengurangan pengangguran dan peningkatan kesejahteraan masyarakat.
Mewajibkan Kontribusi untuk Pembinaan Atlet: Langkah Menuju Pembangunan Berkelanjutan
Sebagai alternatif, mewajibkan setiap proyek besar untuk menyisihkan sebagian dari anggarannya untuk pembinaan atlet berbakat adalah ide yang patut dipertimbangkan. Konsep ini bisa menciptakan keseimbangan antara pembangunan infrastruktur dan pengembangan sumber daya manusia. Sebagai contoh, jika proyek besar seperti pembangunan jembatan atau gedung baru menyisihkan 1-2% dari anggarannya untuk pembinaan atlet, dana tersebut dapat digunakan untuk pelatihan, fasilitas olahraga, dan perlengkapan yang mendukung atlet. Ini akan menciptakan sinergi antara pembangunan infrastruktur dan pengembangan bakat lokal, meningkatkan prestasi dan kebanggaan daerah.
Regulasi dan Pengawasan yang Diperlukan
Agar kontribusi ini efektif, diperlukan regulasi dan mekanisme pengawasan yang jelas. Setiap proyek besar yang mendapatkan dana dari anggaran publik harus diwajibkan untuk menyisihkan sebagian anggarannya untuk pembinaan atlet. Regulasi ini harus mencakup:
Prosentase yang Jelas: Menetapkan persentase anggaran proyek yang harus disumbangkan, misalnya 1-2%.
Pengawasan dan Akuntabilitas: Menerapkan sistem pengawasan untuk memastikan dana digunakan sesuai tujuan dan tidak disalahgunakan.
Transparansi: Mewajibkan laporan berkala mengenai penggunaan dana, termasuk hasil yang dicapai dari pembinaan atlet.
Manfaat Langsung bagi Masyarakat
Kontribusi untuk pembinaan atlet atau sektor lain yang berbasis manusia tidak hanya bermanfaat bagi individu, tetapi juga memberikan dampak positif langsung pada masyarakat. Atlet yang mendapat dukungan berpeluang meraih prestasi di tingkat nasional atau internasional, meningkatkan citra daerah dan negara. Selain itu, dengan adanya program pembinaan yang terencana, talenta muda dapat ditemukan dan diberdayakan, berkontribusi pada kesehatan masyarakat dengan mendorong gaya hidup aktif.
Pembangunan Berbasis Manusia: Alternatif yang Lebih Kokoh
Pembangunan yang berfokus pada manusia, melalui dukungan kepada UMKM dan pembinaan atlet, menawarkan solusi yang lebih berkelanjutan daripada proyek fisik megah. Meskipun proyek infrastruktur penting, dampaknya sering kali tidak langsung dirasakan oleh masyarakat jika tidak dikelola dengan baik. Dengan mendukung sektor-sektor ini, kita tidak hanya membangun ekonomi tetapi juga memperkuat fondasi sosial dan budaya komunitas.
Pesan untuk Generasi Mendatang
Kasus Gerbang Wisata mengajarkan kita bahwa pembangunan sejati bukan hanya tentang anggaran besar, tetapi juga tentang integritas dalam pengelolaan. Generasi mendatang memiliki tanggung jawab besar untuk memastikan bahwa pembangunan dilakukan dengan transparansi dan akuntabilitas. Dengan memprioritaskan integritas dan berfokus pada pengembangan manusia, kita dapat menciptakan masa depan yang lebih stabil dan sejahtera.
Kesimpulan
Gerbang Wisata adalah pengingat bahwa seberapa besar pun anggaran yang dikucurkan, tanpa integritas dan akuntabilitas, hasilnya akan tetap rapuh. Mengalihkan dana untuk mendukung UMKM atau pembinaan atlet menawarkan alternatif yang lebih berarti dan berkelanjutan. Dengan komitmen untuk kejujuran dan pengelolaan yang baik, kita bisa membangun sesuatu yang benar-benar kokoh dan bermanfaat bagi masyarakat, jauh melampaui simbol megah yang mudah runtuh.