Kafein dan Pilkada: Penggerak Energi atau Sekadar Pelarian?

- Jurnalis

Kamis, 12 September 2024 - 19:49 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Oleh:Novrizal R Topa

(Anggota PWI Sulawesi Tenggara)

 

Dalam hiruk pikuk Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada), di balik layar kampanye, rapat strategis, dan pertemuan dengan konstituen, ada satu hal yang kerap menemani para politikus, tim kampanye, serta jurnalis, ialah kafein. Ia !, Kafein, yang umumnya dikonsumsi melalui kopi atau minuman energi, menjadi “bahan bakar” yang tak terlihat namun sangat berpengaruh dalam proses politik yang penuh tekanan ini.

 

Kafein sebagai “Bahan Bakar” Kampanye

Selama masa Pilkada, waktu adalah sumber daya yang sangat terbatas. Tim kampanye sering kali bekerja hingga larut malam, merancang strategi, mengumpulkan data survei, atau bahkan menyiapkan logistik untuk acara kampanye keesokan harinya. Dalam kondisi ini, kafein menjadi sekutu yang sangat diandalkan. Kopi, teh, atau minuman energi sering kali digunakan untuk menjaga kewaspadaan, meningkatkan fokus, dan melawan kelelahan.

Dalam hal ini, kafein memainkan peran penting sebagai stimulan bagi sistem saraf pusat. Ini meningkatkan kadar adrenalin dalam tubuh, yang pada gilirannya membantu individu tetap waspada dan penuh energi meski di tengah kelelahan fisik dan mental. Kafein membantu tim politik tetap produktif, meningkatkan stamina mereka untuk terus menjalankan tugas dalam suasana yang penuh tekanan dan kompetitif.

Baca Juga:  HIPMI Dorong Pengusaha Muda Sultra Manfaatkan Peluang dalam Program Astacita

 

Manfaat dan Batas Kafein

Meskipun kafein dapat memberikan dorongan energi yang dibutuhkan untuk menghadapi tekanan Pilkada, ada batasan yang perlu diperhatikan. Penggunaan kafein yang berlebihan dapat menyebabkan efek samping seperti kecemasan, detak jantung yang cepat, dan kesulitan tidur. Dalam konteks Pilkada, hal ini bisa berbahaya karena kurangnya istirahat dan peningkatan stres sudah menjadi masalah umum di kalangan tim kampanye dan para kandidat.

Bagi kandidat sendiri, penampilan fisik dan kesehatan mental adalah elemen penting dalam kesuksesan kampanye. Penggunaan kafein secara berlebihan dapat merusak konsentrasi dan berdampak negatif pada kemampuan kandidat dalam berbicara di depan umum atau menghadapi debat politik yang intens. Selain itu, pola konsumsi kafein yang tidak diimbangi dengan pola makan dan istirahat yang baik dapat menyebabkan kelelahan jangka panjang, yang tentu akan memengaruhi performa kampanye.

 

Pilkada dan “Budaya Kopi”

Di Indonesia, kopi memiliki budaya yang mendalam, termasuk di Sulawesi Tenggara. Pilkada sering kali menghidupkan “warung kopi” sebagai tempat berkumpul bagi para pemilih, tim sukses, dan simpatisan politik. Warung kopi tidak hanya menjadi tempat minum kopi, tetapi juga ruang diskusi, debat politik, dan pertukaran gagasan. Dalam suasana Pilkada yang intens, warung kopi bisa menjadi arena informal untuk membangun jejaring sosial, mendiskusikan isu-isu lokal, dan mencari dukungan.

Baca Juga:  Politik Berkelanjutan di Sulawesi Tenggara: Antara Tantangan dan Harapan

Warung kopi juga berperan sebagai pusat informal untuk menakar suasana politik lokal. Di sana, berbagai isu tentang Pilkada dapat dibicarakan secara terbuka, sehingga memberikan ruang bagi publik untuk terlibat secara langsung dalam dinamika politik. Kafein, dalam hal ini, berperan sebagai katalisator yang mendorong terjadinya interaksi sosial dan politik di masyarakat.

 

Diakhir Seruput  

Kafein dan Pilkada mungkin tampak sebagai dua hal yang tidak terkait, tetapi di balik layar, kafein memainkan peran penting dalam menjaga stamina dan produktivitas di tengah intensitas proses politik. Baik bagi tim kampanye maupun masyarakat umum, kafein bukan sekadar minuman, tetapi juga bagian dari dinamika politik itu sendiri. Namun, penggunaannya harus bijak, agar tidak berdampak negatif pada kesehatan fisik dan mental di tengah tekanan politik yang tinggi. Di sisi lain, budaya minum kopi juga memperkaya partisipasi politik di masyarakat, menjadikan warung kopi sebagai pusat interaksi politik yang tak terpisahkan dari kehidupan demokrasi.

 

Follow WhatsApp Channel fnews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pembelian Lahan Masyarakat oleh PT. Krida Agriwisata Jangan Sampai Sekedar Judul
Politik Berkelanjutan di Sulawesi Tenggara: Antara Tantangan dan Harapan
Menakar Langkah Foreign Policy Presiden Prabowo, PB HMI : Soft Diplomacy dan Pelibatan Unsur Pemuda Adalah Kuncinya
Memaksimalkan Potensi Lokal Mubar untuk Mewujudkan Liwu Mokesa
Mengawali 2025: Membangun Jurnalisme Berintegritas dan Mencerahkan
Refleksi Tahun Baru 2025: Momentum Bersama untuk Buton Tengah yang Lebih Baik
Selamat Tahun Baru 2025, Saatnya Para Pemimpin Baru Membuktikan Janji!
Sultra Menuju Masyarakat Adil Makmur: Harapan di Bawah Kepemimpinan Andi Sumangerukka dan Hugua
Berita ini 70 kali dibaca

Berita Terkait

Kamis, 6 Februari 2025 - 23:22 WIB

Pembelian Lahan Masyarakat oleh PT. Krida Agriwisata Jangan Sampai Sekedar Judul

Kamis, 30 Januari 2025 - 23:01 WIB

Politik Berkelanjutan di Sulawesi Tenggara: Antara Tantangan dan Harapan

Senin, 6 Januari 2025 - 12:35 WIB

Menakar Langkah Foreign Policy Presiden Prabowo, PB HMI : Soft Diplomacy dan Pelibatan Unsur Pemuda Adalah Kuncinya

Sabtu, 4 Januari 2025 - 00:36 WIB

Memaksimalkan Potensi Lokal Mubar untuk Mewujudkan Liwu Mokesa

Rabu, 1 Januari 2025 - 00:58 WIB

Mengawali 2025: Membangun Jurnalisme Berintegritas dan Mencerahkan

Berita Terbaru