FNEWS.ID, Kendari – Suasana penuh haru dan semangat terasa pada salah satu Hotel di Kendari, ketika 20 tokoh inspiratif dari berbagai pelosok desa naik panggung menerima penghargaan dari Dinas Pariwisata Provinsi Sulawesi Tenggara. Di antara nama-nama itu, satu sosok tampil menonjol dengan balutan pakaian adat dan senyum penuh keyakinan: Farlin, Kepala Desa Liangkobori, Kabupaten Muna.Kamis (12/6/2025).
Penghargaan Dispar Sultra bertajuk 20 Tokoh Penggerak Desa Wisata ini bukan sekadar simbol. Ini adalah penegasan bahwa perubahan dari akar rumput memang nyata. Bahwa desa, jika dikelola dengan hati, mampu menjadi episentrum perubahan. Farlin adalah buktinya.
“Ini bukan penghargaan untuk saya pribadi. Ini milik seluruh warga Liangkobori yang percaya bahwa desa kami punya masa depan lewat pariwisata,” ujar Farlin dengan mata berkaca-kaca, sesaat setelah menerima piagam penghargaan.
Sebagai pemimpin desa di kawasan situs purbakala Liangkobori, Farlin dikenal tak hanya fokus pada pelestarian budaya dan sejarah, tapi juga inovatif dalam menjawab tantangan ekonomi warga. Salah satu terobosannya adalah pemanfaatan areal kosong di sekitar situs purbakala untuk menanam jagung, guna memperkuat ketahanan pangan masyarakat.
“Pemerintah desa memfasilitasi bibit, pupuk, dan bimbingan. Tapi hasilnya kami serahkan sepenuhnya untuk masyarakat. Mereka yang menanam, mereka pula yang memanen. Ini gotong royong yang sesungguhnya,” tutur Farlin bangga.
Tak berhenti di situ, Farlin juga menghidupkan budaya lokal melalui Festival Liangkobori, yang sudah dua tahun terakhir digelar secara rutin. Festival ini melibatkan masyarakat sebagai panitia sekaligus pelaku seni dan budaya.
“Pariwisata bukan hanya tentang keindahan alam. Tapi juga bagaimana warga merasa memiliki dan dilibatkan dalam setiap proses. Itulah yang kami bangun,” tambahnya.
Kepala Dinas Pariwisata Sultra, H. Belli Harli Tombili, dalam sambutannya menegaskan bahwa pembangunan pariwisata berbasis desa adalah jalan panjang menuju kesejahteraan yang lestari.
“Pariwisata tidak cukup dibangun dengan infrastruktur. Ia harus hidup dari kesadaran masyarakat, dari kepemimpinan lokal yang berpihak pada budaya dan lingkungan,” tegas Belli.
Ia juga memuji dedikasi para tokoh seperti Farlin, yang menjadi motor penggerak di tengah keterbatasan.
“Farlin adalah contoh bahwa perubahan bisa dimulai dari desa, dari hati yang mencintai tanahnya,” tambahnya.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Desa Wisata (ASIDEWI) Indonesia, Andi Yuwono, menyebut Farlin sebagai simbol semangat baru pengembangan desa wisata di Sulawesi Tenggara.
“Liangkobori bukan hanya aset warga desa. Ia adalah aset Sultra, aset Indonesia. Dan Farlin telah menunjukkan bahwa jika desa bergerak, bangsa ikut tumbuh,” ujar Andi.
Andi juga memberi apresiasi kepada jajaran Pemerintah Provinsi Sultra yang dinilainya responsif dan progresif dalam mengembangkan sektor pariwisata.
“Kepala Dinas Pariwisata Sultra punya energi besar dan visi yang luas. Ini penting untuk meletakkan pondasi pariwisata yang berkarakter dan berkelanjutan,” tutupnya.
Penyerahan penghargaan ini bukanlah akhir, melainkan awal dari gerakan besar yang lahir dari desa. Lewat tangan-tangan seperti Farlin dan yang lainnya, masa depan pariwisata Sultra tampak lebih hijau, lebih ramah, dan lebih menjanjikan.
Penulis : Novrizal R Topa
Editor : Redaksi