Penangkapan buaya ini juga menjadi sorotan karena dinilai menunjukkan pentingnya kolaborasi masyarakat dalam menghadapi situasi berbahaya di lingkungan sekitar.
FNEWS.ID, MUNA – Warga Kota Raha, khususnya yang bermukim di sepanjang pesisir Sungai Laghule–Wangkoborona, Labalano, dan sekitarnya, digemparkan oleh penangkapan seekor buaya muara berukuran 4 meter pada Selasa, 8 Juli 2025. Buaya tersebut selama ini telah meresahkan masyarakat, terutama warga Kelurahan Kontu Timur, Kecamatan Batalaiworu.
Menurut kesaksian warga setempat bernama Ebeng, yang juga menjadi penangkap buaya tersebut, reptil buas itu sebelumnya sempat menerkam seekor sapi milik warga. Walaupun sapi itu berhasil selamat, namun mengalami luka parah di bagian kepala akibat gigitan, bahkan tengkoraknya dikabarkan retak.
Yang lebih mengkhawatirkan, sebelum tertangkap, buaya itu sempat muncul di Sungai Labalano dan diduga mengintai sejumlah anak-anak yang sedang mandi. Salah satu anak yang melihat langsung kehadiran buaya segera melapor kepada warga hingga akhirnya dilakukan upaya penangkapan.
“Buaya ini bukan satu-satunya. Masih ada kawanannya dan juga induknya yang panjangnya sekitar 7 meter. Sebelumnya juga sudah pernah ditangkap buaya yang lebih besar lagi oleh warga di Sidodadi,” ujar Ebeng.
Buaya-buaya ini diyakini merupakan buaya muara yang hidup di sepanjang aliran Sungai Laghule, Wangkoborona, hingga ke wilayah jembatan Laino di perbatasan Kelurahan Sidodadi dan Kelurahan Laiworu, Kecamatan Batalaiworu.
Perlu diketahui, Sungai Laghule dan Wangkoborona memiliki banyak cabang, termasuk yang mengarah ke Labalano melalui dua jembatan yang mengapit Markas Kodim 1416 Muna. Area ini berada di perbatasan antara Kecamatan Batalaiworu dan Kecamatan Lasalepa, tepat di sekitar kantor Pengadilan Agama Kabupaten Muna.
Dengan adanya kejadian ini, masyarakat diimbau untuk meningkatkan kewaspadaan, khususnya para orang tua, nelayan, dan petani yang beraktivitas di sekitar sungai. Anak-anak yang biasa mandi atau bermain di sungai pun diminta untuk sementara waktu menghindari area rawan.
“Kami mohon agar masyarakat tidak lengah. Kejadian ini adalah peringatan bahwa kita hidup berdampingan dengan alam, tapi juga harus waspada terhadap ancaman nyata,” imbuh Ebeng.
Penulis : Ridaka
Editor : Redaksi