Kue Putu Cangkir: Cita Rasa Tradisional yang Melekat di Hati Makassar

- Jurnalis

Rabu, 25 Juni 2025 - 20:55 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Kue Putu Cangkir bukan hanya soal rasa, tapi tentang rasa memiliki budaya sendiri. Di balik gumpalan ketan yang lembut dan kelapa yang gurih, tersimpan cerita perjuangan, kekeluargaan, dan rasa cinta terhadap warisan kuliner tanah air.

 

FNEWS.ID, MAKASSAR – Di balik bentuknya yang sederhana, Kue Putu Cangkir menyimpan kekayaan rasa dan sejarah yang tak lekang oleh waktu. Kue tradisional khas Makassar, Sulawesi Selatan ini, tidak hanya memanjakan lidah, tapi juga membawa kita menyusuri jejak budaya yang terus hidup dari generasi ke generasi.

Asal Usul & Filosofi Bentuk

Nama “cangkir” disematkan karena bentuk kue ini menyerupai bagian bawah cangkir yang terbalik. Dibuat dari beras ketan, gula merah, dan kelapa parut, putu cangkir menggambarkan kesederhanaan masyarakat Bugis-Makassar yang hangat dan penuh rasa.

Baca Juga:  Dorong Prestasi Atlet, KONI Baubau Salurkan Dana Pembinaan

Proses Pembuatan yang Unik

Pembuatan kue ini tidak sekadar memasak, ini adalah seni. Adonan tepung beras dan ketan dicampur air gula merah lalu dicetak ke dalam cetakan berbentuk cangkir. Di tengahnya disisipkan kelapa parut, kemudian ditimpa lagi adonan.
Bahkan, roses pengukusannya pun masih ada yang menggunakan tradisi kuno, memakai “krong butta”, kuali dari tanah liat yang memperkuat rasa dan aroma.

Varian Rasa

Putu Cangkir hadir dalam beberapa warna dan rasa:

Merah: Campuran gula merah yang legit.

Putih: Tanpa gula merah, lebih ringan.

Hijau: Tambahan kelapa dan aroma pandan yang menggoda.

Meski kini banyak modifikasi, putu cangkir tetap mempertahankan keasliannya. Teksturnya lembut, rasa manisnya pas, dan gurih kelapanya menyatu sempurna.

Harga Bersahabat

Baca Juga:  Terpilih Aklamasi, Afdhal Resmi Pimpin BPW HIPKA Sultra

Dengan harga hanya Rp1.000 per biji, kue ini bukan hanya lezat, tapi juga terjangkau untuk semua kalangan. Tak heran jika banyak yang menyebutnya jajanan nostalgia penuh cinta.

Usaha Keluarga Turun Temurun

Seperti usaha Ibu Murni yang ditampilkan di platform Amartha.com, putu cangkir bukan sekadar dagangan, ini adalah warisan. Banyak keluarga di Makassar menjadikan kue ini sebagai sumber penghidupan yang diwariskan dari nenek ke cucu.

Beda dari Kue Putu Lainnya

Putu Cangkir memakai cetakan cangkir tanah dan ketan.

Putu Bambu dimasak dalam bambu dengan suara siulan khas.

Putu Ayu lebih lembut, berasal dari Jawa Tengah, dengan tampilan cantik menyerupai bunga.

Jadi, kalau kamu sedang di Makassar, jangan lupa cicipi Putu Cangkir. Satu gigitan, sejuta kenangan.

 

Penulis : Novrizal R Topa

Editor : Redaksi

Follow WhatsApp Channel fnews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

30 Tahun Berselang, Bupati Buteng Ashari Kembali ke Jatinangor: Dari Calon Praja Jadi Pelayan Rakyat
Desa-Desa Wisata Bangkit! Sultra Gelar Rakor Kolaboratif Menuju Pariwisata Berkelanjutan
Polres Buru Dinilai Lambat Sikapi Laporan soal Konflik Harta Warisan
Kande-Kandea di Negeri Para Kesatria Tolandona: Harmoni Tradisi, Identitas, dan Silaturahmi
Anggota DPD RI dan Influencer Turut Ramaikan Reuni Akbar Alumni SMAN 1 Kontunaga
Langkah Baru Buton Tengah, Azhari Pimpin Apel Perdana: Sinergi Pembangunan dan Pelayanan Prima
PT Hoffman Energi Perkasa Salurkan Bantuan Beras untuk Warga Lingkar Tambang di Moramo Utara
CASN dan PPPK 2024 di Sultra Tolak Keputusan KemenPAN-RB
Berita ini 38 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 25 Juni 2025 - 20:55 WIB

Kue Putu Cangkir: Cita Rasa Tradisional yang Melekat di Hati Makassar

Minggu, 22 Juni 2025 - 19:27 WIB

30 Tahun Berselang, Bupati Buteng Ashari Kembali ke Jatinangor: Dari Calon Praja Jadi Pelayan Rakyat

Rabu, 11 Juni 2025 - 18:15 WIB

Desa-Desa Wisata Bangkit! Sultra Gelar Rakor Kolaboratif Menuju Pariwisata Berkelanjutan

Rabu, 23 April 2025 - 19:23 WIB

Polres Buru Dinilai Lambat Sikapi Laporan soal Konflik Harta Warisan

Senin, 14 April 2025 - 21:33 WIB

Kande-Kandea di Negeri Para Kesatria Tolandona: Harmoni Tradisi, Identitas, dan Silaturahmi

Berita Terbaru