Kaghati Kolope: Layang-Layang Purba dari Liang Kabori, Jejak Imajinasi Leluhur di Perbukitan Karst Muna

- Jurnalis

Minggu, 13 Juli 2025 - 08:47 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 

Seiring perjalanan waktu, nama Liang Kabori sering digunakan dalam tulisan ilmiah oleh para peneliti yang dimaknai sebagai “lukisan dinding gua”.

FNEWS.ID, MUNA – Kompleks Gua Prasejarah Liang Kabori terletak di wilayah administratif Desa Liang Kabori, Kecamatan Lohia, Kabupaten Muna, Provinsi Sulawesi Tenggara. Pulau Muna, secara geomorfologi, merupakan wilayah yang didominasi oleh gugusan pegunungan kapur (karst) yang membentang dari utara ke selatan. Sebuah bentang alam purba yang menyimpan misteri kehidupan manusia ribuan tahun silam.

Karakter morfologi kawasan karst Liang Kabori termasuk dalam kategori “tower karst hills” atau bukit-bukit karst terisolir, yang terbentuk dari proses pelapukan dan erosi batu gamping secara alami selama ribuan bahkan jutaan tahun. Ciri khasnya adalah perbukitan terjal yang berdiri sendiri, ceruk-ceruk kecil, serta gua-gua besar yang memiliki ruangan mendatar luas. Di beberapa bagian, terdapat genangan air di dekat stalagmit besar dan pilar-pilar gua yang menghiasi ruang-ruang sunyi nan gelap.

Aksesoris gua seperti stalagmit, stalaktit, dan pilar-pilar batu kapur masih dapat ditemukan di gua-gua besar kawasan ini. Meski perkembangan ornamen gua tersebut telah stagnan akibat minimnya air, namun keindahan dan nilai geologisnya tetap memesona dan penting sebagai situs warisan geokultural.

Sejak tahun 1997 hingga 2010, kawasan Liang Kabori menjadi fokus penelitian arkeologi oleh Balai Arkeologi Makassar. Penelitian tahun 2005 secara khusus menelusuri kembali gua-gua yang belum teridentifikasi sebelumnya, termasuk Gua Pominsa 1 dan 2, serta Sugi Patani, yang menjadi titik perhatian dalam konteks budaya gambar cadas.

Baca Juga:  BTN Selenggarakan Jakarta Internasional Maraton, Sandiaga Angkat Topi

Di situs Sugi Patani, pada koordinat UTM X: 0463232 Y: 9457457 dan ketinggian 251 mdpl, ditemukan 18 gambar cadas (rock art) yang menghiasi dinding goa. Gambar-gambar tersebut mencakup bentuk manusia, figur geometris, serta satu bentuk unik menyerupai layang-layang. Warna dominan dari lukisan ini adalah coklat, yang mengindikasikan penggunaan pigmen alami dari tanah atau batuan beroksida besi.

Gambar layang-layang di dinding Gua Sugi Patani kemudian dikenal sebagai Kaghati Kolope, merujuk pada bentuk layangan tradisional masyarakat Muna yang dibuat dari daun kolope (sejenis umbi liar) dan kerangka bambu.

Kata “Kaghati” sendiri berasal dari kata dasar ghati, yang berarti jepit, menggambarkan cara perakitan layangan tersebut yang menggunakan sistem penjepitan sederhana. Sedangkan kolope merujuk pada bahan baku utama daun yang digunakan.

Yang menarik, penggambaran layangan ini tidak bisa diremehkan sebagai sekadar bentuk mainan. Keberadaan visual layangan dalam konteks gua purba membuka ruang tafsir bahwa layangan sudah dikenal dan mungkin memiliki fungsi budaya atau spiritual bagi masyarakat Muna masa lampau. Apakah ia digunakan dalam ritual pemanggilan hujan, persembahan kepada langit, atau bentuk hiburan anak-anak? Jawabannya masih samar, namun eksistensinya menjadi bukti bahwa imajinasi manusia purba di Muna sudah menggapai langit.

Baca Juga:  Muna Dorong Ekonomi Desa Lewat Koperasi Merah Putih, 148 Sudah Legal, Sisanya Segera Menyusul

Nama Liang Kabori sendiri menyiratkan makna filosofis yang dalam. Dalam bahasa Muna, lia berarti gua, dan ngkabori berasal dari kata bori, yang berarti gores. Seiring perjalanan waktu, nama Liang Kabori sering digunakan dalam tulisan ilmiah oleh para peneliti yang dimaknai sebagai “gua yang tergores”, tempat leluhur menulis sejarahnya dengan jari-jari mereka di atas batu.

Kawasan ini bukan hanya cagar budaya, tetapi juga memori kolektif peradaban yang melampaui bahasa lisan. Melalui goresan sederhana di dinding goa, mereka menyampaikan pesan kepada masa depan: bahwa mereka pernah hidup, berimajinasi, mencipta, dan berinteraksi dengan alam semesta.

Kini, tugas kita adalah mendengarkan dan merawatnya. Kaghati Kolope bukan sekadar artefak purba. Ia adalah simbol bahwa masyarakat Muna memiliki hubungan spiritual dan budaya yang panjang dengan langit dan alam. Ia mewakili kesinambungan antara masa lalu dan masa kini, antara leluhur dan generasi muda.

Melalui pengembangan wisata arkeologi, pelestarian budaya, dan pendidikan lokal, Kaghati Kolope bisa terus “terbang” menembus zaman, menjadi identitas dan kebanggaan Muna, serta warisan Indonesia untuk dunia.

 

Dirangkum dari berbagai sumber

Penulis : Novrizal R Topa

Follow WhatsApp Channel fnews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Festival Kaghati Kolope Kembali Digelar di Liang Kabori, Kades Farlin Ajak Warga Ramaikan Event Budaya Tahunan
Jelang Beautiful Malino 2025, Pemkab Gowa Genjot Perbaikan Jalan Demi Kenyamanan Wisatawan
Kue Putu Cangkir: Cita Rasa Tradisional yang Melekat di Hati Makassar
Terima Penghargaan 20 Tokoh Penggerak Desa Wisata Sultra, Farlin: Ini Untuk Masyarakat Desa Liangkobori
Desa-Desa Wisata Bangkit! Sultra Gelar Rakor Kolaboratif Menuju Pariwisata Berkelanjutan
Pantai Mutiara Tawarkan Keindahan Eksotis dan Sensasi Bermain Jet Ski
Pasca Menjadi Juara ADWI, Desa Labengki Dongkrak Pariwisata Konawe Utara
Spektakuler! Pengibaran Bendera Merah Putih Bawah Laut di Desa Wisata Namu Gaet Puluhan Penyelam
Berita ini 13 kali dibaca

Berita Terkait

Minggu, 13 Juli 2025 - 08:47 WIB

Kaghati Kolope: Layang-Layang Purba dari Liang Kabori, Jejak Imajinasi Leluhur di Perbukitan Karst Muna

Rabu, 9 Juli 2025 - 10:42 WIB

Festival Kaghati Kolope Kembali Digelar di Liang Kabori, Kades Farlin Ajak Warga Ramaikan Event Budaya Tahunan

Jumat, 4 Juli 2025 - 02:24 WIB

Jelang Beautiful Malino 2025, Pemkab Gowa Genjot Perbaikan Jalan Demi Kenyamanan Wisatawan

Rabu, 25 Juni 2025 - 20:55 WIB

Kue Putu Cangkir: Cita Rasa Tradisional yang Melekat di Hati Makassar

Kamis, 12 Juni 2025 - 22:10 WIB

Terima Penghargaan 20 Tokoh Penggerak Desa Wisata Sultra, Farlin: Ini Untuk Masyarakat Desa Liangkobori

Berita Terbaru