Ada Hilal?

- Jurnalis

Rabu, 30 Oktober 2024 - 16:20 WIB

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mereka bertekad untuk tetap ceria, meski tanpa gaji, karena kebersamaan mereka lebih berharga dari uang yang mereka tunggu-tunggu.

 

Di sebuah pabrik yang terletak di pinggir kota, sekelompok buruh berkumpul di sudut ruangan sambil menanti gajian. Mereka sudah seminggu menunggu, tapi gaji yang dijanjikan masih belum kunjung datang. Ruang pabrik yang biasanya ramai dengan suara mesin, kini dipenuhi dengan bisikan curhat dan keluhan.

“Eh, ada Hilal? Atau mungkin dia lagi ngumpul sama gaji kita?” tanya Budi, buruh senior yang terkenal humoris.

“Kayaknya dia udah menghilang ke bulan deh. Buktinya, gaji kita masih di angkasa!” sahut Joko, sambil menepuk meja dengan nada dramatis.

Sari, satu-satunya buruh wanita di kelompok itu, tersenyum. “Kalau gaji kita hilang, berarti kita harus bikin poster ‘Mencari Hilal’ dengan foto kita di bawahnya. ‘Bantu temukan gaji kami!’”

Semua tertawa, membayangkan wajah mereka terpampang di poster-poster yang disebar di seluruh kota. Lalu, tiba-tiba, Eko yang biasanya pendiam angkat bicara. “Gimana kalau kita nyanyi ‘Koplo Gaji Hilang’? Dengan lirik: ‘Gaji datang, gaji pergi, gaji di mana? Gaji di mana?’”

“Boleh juga, Eko! Kita bisa jadi grup band dadakan!” seru Budi, sambil mulai menggoyangkan badannya seakan-akan sedang konser.

Baca Juga:  Serpihan Asa yang Tertunda: Kembali Mengabdi untuk Negeri

“Syaratnya, kita harus pakai kaos yang bertuliskan ‘Gaji adalah temanku’!” Sari menambahkan, sambil tertawa.

Dalam suasana yang penuh canda, mereka semua mulai berimprovisasi dengan lagu-lagu dan menari. Seorang buruh lain tiba-tiba masuk dan melihat mereka. “Eh, kenapa rame-rame? Ada rapat penting?”

Baca Juga:  Di Balik Kemiskinan Palsu, Ada Tangis Penyesalan Si Jalu

“Rapat gaji! Tapi kita sudah putuskan untuk menyanyikan lagu dan menari sebagai bentuk protes!” Joko menjawab sambil terus berputar.

Dengan nada serius, si buruh baru itu berkata, “Wah, kalau gitu kita butuh satu lagi: ‘Pesta Gaji Tertunda’!”

Semua pun tertawa lepas, melupakan sejenak masalah gaji yang tak kunjung tiba. Mereka bertekad untuk tetap ceria, meski tanpa gaji, karena kebersamaan mereka lebih berharga dari uang yang mereka tunggu-tunggu. Dan siapa tahu, dengan semangat dan humor, Hilal yang entah di mana, akan mendengar seruan mereka dan membawa gaji itu pulang.

 

(⁣Cerita ini hanya fiksi belaka. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata)

Penulis : Novrizal R Topa

Follow WhatsApp Channel fnews.id untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Harga Diri di Ujung Pertarungan
Killer Paradoks
Memaksa Benar
Pembela di Balik Bayang: Perjuangan Pengacara di Dunia Kawin Kontrak
Di Meja Harapan, Perjuangan, dan Syukur
Janji Rina
Pesona Flora: Jerat Kecantikan yang Menipu
Ilmu Tebu Bosku! Semakin Tua, Semakin Manis
Berita ini 46 kali dibaca

Berita Terkait

Rabu, 5 Februari 2025 - 22:15 WIB

Harga Diri di Ujung Pertarungan

Sabtu, 21 Desember 2024 - 21:13 WIB

Killer Paradoks

Rabu, 4 Desember 2024 - 21:21 WIB

Memaksa Benar

Kamis, 14 November 2024 - 16:16 WIB

Pembela di Balik Bayang: Perjuangan Pengacara di Dunia Kawin Kontrak

Jumat, 1 November 2024 - 19:31 WIB

Di Meja Harapan, Perjuangan, dan Syukur

Berita Terbaru