FNEWS.ID, Flores Timur – Gunung Lewotobi Laki-Laki kembali mengamuk. Letusan dahsyat yang terjadi pada Jumat, 11 Juli 2025, pukul 14.10 WITA memuntahkan abu vulkanik yang diperkirakan setinggi 4.000 meter ke langit Flores Timur, mengakibatkan ribuan rumah warga rusak parah dan memaksa penduduk delapan desa untuk mengungsi.
Letusan kali ini menambah panjang daftar erupsi besar Gunung Lewotobi Laki-Laki sepanjang tahun 2025. Menurut Pusat Vulkanologi dan Mitigasi Bencana Geologi (PVMBG), aktivitas vulkanik gunung ini telah memasuki Level IV atau Awas sejak awal Januari lalu. Peningkatan gempa vulkanik dalam beberapa hari terakhir menjadi pertanda bahwa letusan besar sangat mungkin terjadi paada Kamis 10 Juli 2025 saja, dimana tercatat 20 kali gempa vulkanik, melonjak drastis dibandingkan biasanya yang hanya 5–6 kali.
Material abu dan pasir menerjang permukiman penduduk dengan intensitas tinggi, membuat atap rumah warga jebol dan menyulitkan mereka bertahan di tengah cuaca ekstrem. Banyak warga kehilangan tempat tinggal, dan sebagian besar kini bertahan di pengungsian darurat.
“Kami sangat butuh bantuan cepat, terutama seng, terpal, dan makanan siap saji, karena rumah kami sudah tidak bisa ditempati,” kata Sion, warga Desa Nurabelen, salah satu lokasi terparah.
Pemerintah daerah bersama BPBD dan relawan telah mulai melakukan pendataan dan distribusi bantuan darurat, meski akses menuju beberapa desa masih terkendala material letusan.
Sebagaimana dikutip dari Pro 3 RRI, ketua Pos Pengamatan Gunung Lewotobi Laki-Laki, Herman Yosef Mboro, mengungkapkan bahwa abu vulkanik mengarah ke barat dan barat laut mengikuti pola angin harian.
“Sebagian besar abu jatuh di sekitar lereng, tetapi kami pantau beberapa desa di radius 5–8 km ikut terdampak,” ujarnya saat diwawancara Pro 3 RRI, Sabtu (12/7/2025).
Sebagai informasi, Gunung Lewotobi terdiri dari dua puncak kembar, yakni Lewotobi Laki-Laki (1.584 mdpl) yang aktif, dan Lewotobi Perempuan (1.703 mdpl) yang lebih tinggi namun jarang meletus. Secara administratif, gunung ini berada di Kecamatan Wulanggitang dan sebagian kecil Ile Bura, Kabupaten Flores Timur, NTT.
Letusan 11 Juli ini merupakan salah satu dari serangkaian erupsi besar sepanjang tahun ini. Sebelumnya, pada 7 Juli 2025, Gunung Lewotobi Laki-Laki menyemburkan kolom abu hingga 18.000 meter di atas puncak, menyebabkan penutupan tiga bandara besar: Bandar Udara Komodo, Frans Sales Lega, dan Frans Seda.
Sedangkan pada letusan 17 Juni 2025, kolom abu mencapai 10.000 meter, memicu hujan abu, pasir, dan kerikil di berbagai wilayah Flores Timur.
Erupsi lain juga tercatat pada 21 Maret 2025 dan 9 November 2024, menyebabkan korban jiwa dan ribuan pengungsi. Tragedi paling memilukan terjadi pada 4 November 2024, saat 10 orang tewas, termasuk satu keluarga yang tertimbun reruntuhan rumah.
Menurut BNPB, total 2.735 keluarga atau sekitar 12.200 jiwa terdampak langsung erupsi sepanjang 2024–2025. Pemerintah mengimbau seluruh warga di zona merah segera mengungsi dan tidak mendekati radius bahaya.
Sementara ini, Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Flores Timur terus siaga 24 jam untuk memantau aktivitas gunung dan menyalurkan bantuan ke desa-desa terdampak.
Penulis : Tim Redaksi