JAKARTA, FNEWS.ID – Gerakan Pemuda dan Mahasiswa Sulawesi Tenggara – Jakarta disebut akan menggelar aksi protes di depan Markas Besar Kepolisian Republik Indonesia (Mabes Polri), pada Jumat 8 November 2024 menyerukan pencopotan Kapolres Konawe Selatan.
Protes ini berawal dari tuduhan terhadap Kapolres yang diduga terlibat dalam penahanan Supriyani, seorang ibu yang tengah berurusan dengan hukum. Berdasarkan pamflet yang tersebar di berbagai grup WhatsApp, mahasiswa menuding Kapolres melakukan konspirasi terkait kasus tersebut dan menuntut Kapolri untuk mencopot Kapolres Konawe Selatan.
Namun, kritik muncul dari beberapa kalangan. Didin Alkindi, seorang pengamat politik muda yang dikenal vokal dalam isu-isu keadilan, menilai aksi mahasiswa tersebut tendensius dan minim dasar bukti.
“Narasi yang dibangun terkesan tidak menyertakan analisis komprehensif dan bukti yang kuat. Sebelum bergerak, sebaiknya kita membaca dan memahami konteks masalah secara utuh agar tidak melahirkan prasangka yang bisa memicu kebingungan,” ujarnya.
Faktanya, dalam kasus Supriyani, pihak Kepolisian Resor Konawe Selatan justru tidak pernah melakukan penahanan fisik. Menurut Ketua Lembaga Jaringan Aktivis Anoa Nusantara ini, Kapolres Konawe Selatan, AKBP Febry Sam, telah melakukan pendekatan yang inklusif dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk PGRI Sultra, Dinas Pendidikan Konsel, dan perwakilan mahasiswa dalam diskusi bersama terkait permasalahan ini.
Dalam dialog tersebut, Kapolres Febry menegaskan komitmennya untuk menjaga hak-hak semua pihak yang berselisih.
“Kami berupaya menempuh jalan mediasi dan menyelesaikan kasus ini secara objektif, sehingga tidak ada pihak yang merasa dirugikan,” ujar Kapolres di hadapan forum.
Menanggapi hal ini, Didin mengingatkan mahasiswa yang hendak turun aksi untuk lebih bijak dalam mengumpulkan informasi dan melakukan verifikasi.
“Pergerakan mahasiswa sangat penting sebagai kontrol sosial, namun harus kritis dan cerdas agar aspirasi bisa diterima dan didengar oleh publik serta pihak berwenang,” tambah Didin.
Dalam situasi yang semakin dinamis ini, seruan Didin Alkindi menjadi pengingat akan pentingnya memperkuat perjuangan mahasiswa dengan bukti dan argumen yang sahih, bukan hanya didorong oleh emosi atau asumsi.
Penulis : Rizal
Editor : Redaksi