FNEWS.ID, Buton Tengah – Nuansa sakral dan semarak menyatu di Tolandona saat tradisi tahunan Kande-Kandea kembali digelar. Dihadiri langsung oleh Bupati dan Wakil Bupati Buton Tengah, Ketua DPRD, Sultan Buton, serta jajaran Forkompimda, acara ini menjadi bukti nyata bagaimana warisan budaya tetap hidup dan tumbuh di tengah masyarakat. Sabtu (12/4/2025).
Pekande-kandea, tradisi unik yang telah diwariskan sejak tahun 1597 pada masa Sultan Buton ke-IV Dayanu Ikhsanuddin bersama Imam Masjid Agung Sangia Wambulu, merupakan pesta rakyat yang menyambut dan menghormati para kesatria penjaga keutuhan Kesultanan Buton. Mereka dijamu dengan hidangan istimewa ala kerajaan, yang disebut kande tompa, dimana para kesatria disuapi langsung oleh para putri keraton sebagai bentuk penghormatan.
Lebih dari sekadar jamuan, tradisi ini menyimpan makna dalam sebagai simbol silaturahmi, persatuan, dan penghargaan terhadap nilai-nilai luhur yang berakar dari ajaran Islam. Tak heran jika masyarakat Tolandona dengan penuh semangat dan antusias menjaga kelestariannya.
“Kande-Kandea ini bukan sekadar seremoni, tapi wujud identitas dan jati diri masyarakat Tolandona sebagai negeri para kesatria di jazirah Buton,” ujar Ketua DPRD Buton Tengah, Sa’al M. Haadi, S.K.M.
Ia menegaskan, tradisi ini menyimpan pesan sosial yang kuat dalam mempererat kekerabatan dan menjaga kekeluargaan di tengah masyarakat.
“Tradisi Kande-Kandea bukan hanya panggung budaya, tetapi juga panggilan hati untuk tetap menjaga akar dan warisan,” tegas Sa’al.
Sa’al bilang, di tengah modernisasi, Tolandona menjadi contoh bahwa budaya tak sekadar untuk dikenang, tapi untuk dirawat, dirayakan, dan diwariskan.
“Tradisi ini adalah aset budaya yang wajib diwariskan. Semakin dikenal dan dicintai generasi muda, maka semakin kuat pula rasa memiliki terhadap budaya kita,” pungkasnya.
Penulis : Novrizal R Topa
Editor : Redaksi